Ekonomi Keumatan Berbasis Pemuda; Antara Peluang dan Tantangan
Oleh: Ichwan Muttaqin. M.E.Sy.

Permasalahan ekonomi global sangat berdampak terhadap ekonomi di Indonesia. Pandangan terhadap sistuasi timur tengah bukan hanya di lihat dari sudut pandang budaya dan agama melainkan ada peran politik ekonomi dunia di dalamnya. Perseturuan Blok Barat dan Blok Timur sepertinya memiliki konflik berkepanjangan hal tersebut dapat di lihat dari semakin berkurangnya sumber cadangan minyak bumi. Di samping itu tantangan ekonomi global dapat dilihat sebagai ujian bagi umat manusia dalam mengelola sumber daya dan sistem ekonomi sesuai prinsip syariah yang adil, berkah, dan berkelanjutan.

Secara makro beberapa tantangan ekonomi global dan analisisnya dalam sudut pandang Islam perlu kita bedah yakni:

  1. Ketimpangan Ekonomi dan Ketidakadilan. Ketimpangan distribusi kekayaan antara negara maju dan berkembang, serta antara individu kaya dan miskin. Dalam perspektif Islam ketimpangan dapat di mitagasi dengan penerapan zakat, infak, sedekah dan wakaf.
  2. Krisis Moral dalam Sistem Ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis sering kali berorientasi pada materialisme, eksploitasi, dan riba, yang berlawanan dengan prinsip keadilan. Islam melarang riba dan mengharuskan transaksi ekonomi berdasarkan akad yang jelas dan halal. Ekonomi Islam juga menekankan etika dan tanggung jawab moral. Sebagai solusi adalah penting mendirikan entitas keuangan syariah serta penerapan sistem keuangan yang berkeadilan. Islam memandang manusia sebagai khalifah di bumi yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan lingkungan (Q.S. Al-Baqarah: 30, Q.S. Al-A’raf: 56).
  3. Kerusakan Lingkungan dan Kelangkaan Sumber Daya. Globalisasi sering kali membawa budaya konsumerisme yang berlawanan dengan semangat kesederhanaan dalam Islam. slam mengajarkan prinsip qana’ah (kepuasan) dan zuhud (kesederhanaan) sebagai panduan dalam gaya hidup.
  4. Globalisasi dan Pengaruh Budaya Konsumerisme. Meningkatnya kelaparan akibat konflik, perubahan iklim, dan distribusi pangan yang tidak merata. Islam memandang globalisasi sebagai trobosan untuk menekankan pentingnya kerja sama global dalam mengatasi kelaparan, seperti dalam prinsip ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam).
  5. Krisis Pangan dan Kelaparan Global. Ketidakseimbangan akses terhadap teknologi memperlebar kesenjangan ekonomi. Islam menekankan pentingnya kerja sama global untuk mengatasi kelaparan, seperti dalam prinsip ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam).
  6. Ketidakseimbangan akses terhadap teknologi memperlebar kesenjangan ekonomi. Upaya peningkatan SDM dan infrastruktur agar kemajuan jaman dapat di capai hal tersebut dapat dilakukan dengan Mengintegrasikan teknologi dalam keuangan Islam.
  7. Ketidakstabilan Ekonomi Global. Fluktuasi pasar global, perang dagang, dan resesi ekonomi berdampak pada negara-negara berkembang. Islam menekankan prinsip tawakkul (berserah diri kepada Allah) dengan tetap berikhtiar dan memastikan bahwa aktivitas ekonomi tidak merugikan pihak lain.

Islam sebagai antitesis dari pelbagai kehidupan termasuk pada sektor ekonomi harus mampu di implementasikan dalam kehidupan. Terutama, bagi seorang muslim yang harus mampu mendefenisikan pemahaman kaffah secara universal salah satunya berkaitan dengan pemahaman ekonomi.

Pembaharuan pemikirian bagi setiap pemuda Islam menjadi dasar utama. Bentuk kongkrit dalam sektor ekonomi harus mampu memnjawab probelematika, peluang dan tantangan. Muhammad Natsir, sebagai salah satu tokoh besar Persatuan Islam dan peletak dasar pemikiran Islam dalam konteks kebangsaan, menekankan pentingnya peran masjid, pesantren, dan pendidikan tinggi sebagai pusat pemberdayaan umat.

Dalam konteks ekonomi keumatan berbasis pemuda, gagasan ini bisa diwujudkan dengan langkah-langkah strategis berikut:

  1. Masjid sebagai Pusat Pemberdayaan Ekonomi Umat. Masjid bukan hanya tempat ritualistik peribadatan mahdoh, namun masjid memiliki peran yang sangat luas dalam kegiatan muamalah. Salah satunya adalah masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat. Hal tersebut dapat di implementasukan ketika Masjid mampu dijadikan sentra pelatihan dan edukasi ekonomi, seperti contohnya: a). mengadakan pelatihan kewirausahaan berbasis syariah bagi pemuda, program-program seperti koperasi masjid dan unit usaha kecil bisa menjadi model percontohan. b). Pemanfaatan Zakat, Infak dan Sedekah serta wakaf (ZISWAF) produktif, pemahaman yang luas tentaag ZISWAF akan mammpu menghadirkan masjid sebagai publik keuangan islam. Hal tersebut dapat di implementasikan dalam mengoptimalkan tanah atau aset masjid untuk kegiatan ekonomi seperti pertanian atau properti produktif. c). Platform Digital Masjid. Secara natural masjid telah membentuk jejaring komunitas. Menggunakan teknologi digital adalah cara yang efektif dan kekinian dalam memperluas jangkauan pemasaran produk dan layanan komunitas.
  2. Pesantren sebagai Inkubator Wirausaha Berbasis Syariah.
  3. Kampus sebagai Pusat Inovasi dan Pengembangan Teknologi

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *